Description
Dari sisi si penulis, menulis fiksimini atau “flash fiction” bukan berarti mudah hanya karena sedikit kata-kata yang diumbar dan kalimat yang dirangkai. Kalau boleh diibaratkan, menulis fiksimini seperti pematung yang membuat obyek-obyek visual tiga dimensi dalam lubang jarum. Orang minimal butuh kaca pembesar untuk menikmati karya renik pematung khusus itu.
Bagi pembaca, menikmati fiksimini atau “flash fiction” juga butuh bantuan seperti halnya kaca pembesar atau bahkan mikroskop. Bantuan itu berupa imajinasi liar pada pikiran si pembaca itu sendiri. Dalam fiksimini, si penulisnya seolah-olah membuat sebuah teka-teki yang perlu ditebak oleh pembaca atau membuat satu “enigma” yang memerlukan penafsiran pembacanya.
Reviews
There are no reviews yet.