Description
Pada era kejayaannya, ada dua julukan yang diam-diam beredar dan disematkan kepada dua perempuan pegiat literasi Kompasiana-sebuah platform media blog keroyokan terbesar negeri ini: Penulis Sadis dan Penulis Psikopat.
Bila penulis pertama membukukan karyanya dalam Kumpulan Cerita Mati, penulis kedua mencoba melampaui ekspektasi, menahbiskan karya-karya tak lazim buatan dirinya dalam sebuah Buku Kumpulan Cerita bertitel Malam Ketika Dia Menembak Dirinya.
Ada perbedaan signifikan dari keduanya meski sama-sama berbicara tentang kematian, yaitu pada ritus serta prosesi menuju kematian itu sendiri.
Kesepakatan tak tertulis paling tua mengenai kematian itu sendiri umumnya merujuk kepada simpulan yang relatif serupa, yaitu bahwa mati sesungguhnya memang cuma mati, sesuatu yang sangat tak butuh untuk terlalu dibisingkan.
Namun bila merujuk kepada kisah-kisah yang termaktub dalam Buku Kumpulan Cerita Malam Ketika Dia Menembak Dirinya ini, kematian kemudian menjadi tak lagi sekadar kematian. Butuh diributkan, perlu dipertanyakan bahkan menjadi wajib untuk dijadikan semacam hidangan dalam perjamuan—menuju mati—dengan berbagai bumbu dan rasa yang lebih tak terjangkau imajinasi.
Benar bahwa tokoh besar dunia umumnya mati sebanyak dua kali: Ketika dimakamkan dan saat kelak dibangun sebagai monumen. Tapi yang lebih kerap terjadi tetap saja mati yang memang hanya mati. Jikapun disisipi tanya, tetap berpokok di kisaran tak berarti seperti tentang berapa lama kemudian akan dikenang setelah mati, dengan cara serta gaya yang bagaimana menuju mati itu serta tanya sejenis lainnya yang masih melulu mengubang-ubang pinggiran kematian, dan bukannya jiwa dari kematian itu sendiri.
“Orang yang sudah mati sangat tidak menyukai gosip, jadi jangan pernah menggosipi kematianku,” ucap Mayakovski, penyair berusia 37 tahun, beberapa saat setelah ia menembak dirinya sendiri.


Reviews
There are no reviews yet.