Description

Kita semua hampir pasti akan menjumpai masalah sosial. Di mana pun kita berada, hampir tiap hari kita menyaksikan orang-orang yang mengalami kesulitan hidup. Dan nyaris setiap hari pula kita menjumpai orang-orang tidak punya cara lain untuk tetap hidup kecuali mengharapkan bantuan orang lain. Tetapi, tidak semua dari kita menggunakan mata hati ketika melihat begitu banyak masalah sosial di depan kita. Dan, lebih-lebih lagi, jarang sekali orang yang memikirkan, mencatat, serta menceritakan keprihatinannya terhadap berbagai problem sosial yang ia lihat.

Tidak begitu halnya dengan Iramawati Oemar, yang akrab dipanggil Mbak Ira. Beliau sangat peka (sensitive) dan kritis kalau berjumpa dengan peristiwa-peristiwa yang bisa digolongkan sebagai masalah sosial. Kepekaan dan kekritisan itu tidak hanya dipendam oleh Mbak Ira. Ia menceritakannya dalam bentuk tulisan, dikirim ke sejumlah media online, termasuk Kompasiana.

Cara penulisannya detail sekali. Dikemas dan disajikan dalam gaya bahasa yang mudah dipahami. Faktual dan disertai analisis yang relevan. Selalu renyah dan tidak bisa ditinggal pergi ketika sudah dimulai membaca tulisan Mbak Ira.

Semua masalah sosial tentulah menggugah bagi orang yang memiliki kepedulian. Mbak Irak adalah seorang pemerhati yang ‘kaffah’. Dalam arti, ketika menemukan peristiwa sosial yang menggugah hati, Mbak Ira akan menghampirinya sangat dekat. Mendalaminya, mencermatinya, dan kemudian menyimpulkan temuan-temuan itu.

Hasilnya sangat menakjubkan. Sebuah buku yang bertema pembelajaran alamiah. Bersumber langsung dari “seeing is believ-ing” (lihat dulu baru percaya). Pembelajaran dari “reality show” masalah sosial yang mementas di jalanan, jembatan penyeberang-an, di “red light district” (alias lokalisasi prostitusi), di lingkungan keluarga yang keliru membesarkan anak-anak, dan lain sebagai-nya.

Berguru Pada Universitas Kehidupan adalah buku yang me-rangkum kepedulian dan kecerdasan dalam melihat masalah sosial. Buku yang berisi tulisan-tulisan menyentuh dan kritis. Penulis de-ngan tegas mengungkapkan ketidaknyamanannya terhadap “dra-ma sosial” yang melibatkan para pengemis. Adalah fakta bahwa belakangan ini kepengemisan diolah oleh para dalang menjadi “industri tambang duit”. Dengan cara yang sangat eksploitatif. Menurut Penulis, mengemis sekarang ini disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak berhak mendapatkan bantuan darurat dari orang-orang yang berlalu lalang. Penulis juga mempertanyakan dan menguraikan mengapa seorang Pekerja Seks Komersial (PSK) rata-rata tidak bisa menjadi kaya. Padahal, penghasilan mereka cu-kup besar.

Di lain bagian, Penulis memperingatkan tentang bahaya mal-praktik kasih sayang kepada anak di rumah tangga. Ini terkait de-ngan realiasi rasa sayang yang keliru tatkala anak-anak tidak mem-butuhkan alat-alat tekologi di usia mereka yang masih sangat awal. Banyak sekalli aspek pendidikan dini yang dikritisi oleh Penulis. Begitu juga soal mentallitas anak-anak didik di era digital sekarang. Komparasi antara cara belajar-mengajar zaman dulu dan yang di-lakonkan saat ini memberikan perspektif yang mencerahkan ke-pada para pendidik “akhir zaman” ini.

Berguru Pada Univesitas Kehidupan adalah himpunan penga-laman hidup yang dianggap sebagai guru oleh Penulis. Tetapi, se-sungguhnya, buku ini adalah guru bagi kita semua. Buku ini tidak mesti dilihat sebagai catatan pribadi penulisnya, melainkan juga la-yak menjadi panduan dalam mengambil posisi yang terbaik untuk mengelola kehidupan kita. Dan juga untuk mencerna masalah-masalah sosial agar kita semua melihat gambar aslinya.

Senggangkan waktu Anda untuk mendapatkan dan membaca buku ini.