Description

Tersebab buku ini adalah bunga rampai testimoni Kompasianer kepada Pak Tjip dan Bu Ros—begitu panggilan akrab saya kepada beliau—sejatinya saya tidak bercerita banyak tentang sepak terjang kedua sosok inspiratif ini.

Sebagian besar Kompasianer yang aktif berjejaring di Kompasiana pasti mengenal Pak Tjip dan Bu Ros yang di usia senjanya masih produktif menulis di Kompasiana. Berkat produktifitasnya itu, keduanya kerap kali dijadikan teladan dalam berinteraksi di Kompasiana maupun dalam melakoni hidup.

Konten yang dibuat pun sarat akan pelajaran hidup. Mulai dari cerita mengurus rumah tangga hingga cara unik dalam memanfaatkan akhir pekan di Kota Perth, Australia yang menjadi tempat tinggal Pak Tjip dan Bu Ros.

Sebagai peraih Kompasianer of The Year 2014, Pak Tjip—dan juga Bu Ros—memiliki konsistensi yang patut dibanggakan. Tidak terbersit pun dari keduanya untuk berhenti menulis. Mungkin inilah yang membuat mereka memiliki fisik dan psikis yang sehat dan bugar. Suatu anugerah yang jarang didapat oleh orang lain seusianya.

Dijadikannya Pak Tjip dan Bu Ros sebagai role model dalam hidup bagi banyak Kompasianer sama sekali tidak didapat secara cuma-cuma. Ada proses dan perjalanan yang cukup panjang.

Apa yang didapatkan atau apresiasi yang diberikan orang lain kepadanya merupakan hasil dari benih yang ditanam. Seperti kata Leonardo da Vinci, seorang filsuf yang lebih dikenal sebagai seniman pada masa Renaisans, “Sadarilah bahwa segala sesuatu terhubung dengan segala sesuatu yang lain”.

Jadi, segala sesuai yang didapat dan disematkan kepada sosok Pak Tjip dan Bu Ros adalah sesuatu yang saling terhubung. Sesuatu yang dianggap sebagai upaya-upaya baik dari keduanya sehingga diteladani.

Hal ini berlaku bagi semua individu. Jika berlaku baik dan memberikan sesuatu yang positif, niscaya akan mendapatkan umpan balik yang positif pula.

Panjang umur upaya-upaya baik!

Nurulloh

Chief Operating Officer Kompasiana